The Power of Prophecy;
Prince Dipanagara and The End of an Old Order in Java, 1785- 1855
Penerjemah, Parakitri T. Simbolon
Peter Carey. 2012.
Jilid I, 398 hlm
I. Jawa Tengah- Selatan Sekitar 1792- 1825
- "Versailles Jawa": Yogya awal abad kesembilan belas
- Angkatan bersenjata Yogya
- Angkatan bersenjata berlandaskan penguasaan tanah
- Sistem tanah- jabatan kerajaan
- Peran pemungut pajak
- Wilayah barat: Banyumas
- Negaragung barat: Bagelen
- Kelompok sosial dan masyarakat desa
- Masa kejayaan golongan sikep ?
- Perluasan sawah dan pembangunan irigasi
- Pertumbuhan penduduk, 1755- 1825
- Kesehatan umum
- Makanan dan gaya hidup petani
- Pernikahan dini dan nilai anak
- Dunia kejahatan di pedesaan, jawara dan para jago
- Angkatan kepolisian
- Sistem pajak Yogya dan wilayah timur
- Perubahan pancas oleh Sultan kedua dan dampaknya
II. Diponegoro: Masa Remaja dan Pengasuhnya, 1785- 1803
- Kelahiran yang diramalkan
- Kerabat perempuan dan pengaruh mereka
- Masa kanak- kanak di Tegalrejo
- Mewarisi permukiman Tegalrejo
- Lingkaran Tegalrejo: persentuhan awal dengan paguyuban- paguyuban Islam
III. Awal Dewasa: Pernikahan, Pendidikan dan Pergaulan dengan Paguyuban Santri, 1803- 1805
- Pernikahan pertama dan perkembangan paguyuban Tegalrejo
- Pendidikan dan minat sastrawi
- Watak, kemampuan intelektual dan hubungan dengan kalangan Eropa
- Pemahaman mengenai Islam
- Sosok, kepribadian, keluarga dan kesenangan
IV. Ziarah ke Pantai Selatan, Sekitar 1805
- Lelono: perkelanaan rohani sebagai upacara selamatan
- Aneka persiapan untuk ziarah
- Tirakat: menyepi dan penampakan
- Di pantai selatan: perjumpaan dengan Ratu Kidul
- Perintah terakhir di Parangkusumo dan kembali ke Tegalrejo
V. Awal Runtuhnya Tanah Jawa: Yogyakarta dan Tatanan Baru Daendels, 1808
- Tatanan baru Daendels
- Rencana pengambilalihan wilayah di Jawa Tengah dan timur
- Maklumat Daendels tentang upacara dan sopan- santun serta dampaknya
- Jurus- jurus militer: Jawa dan Belanda
-Timbulnya golongan anti- Belanda dan Belanda
- Banteng Jawa lawan macan Belanda
VI. Pembela Terakhir Tatanan Lama: Asal dan Jalannya Pemberontakan Raden Ronggo, 1809- 1810
- Penjarahan Yogya
- Persiapan militer dan kunjungan Daendels, Juli 1809
- Berebut niaga kayu jati dan kemelut wilayah timur serta pasisir
- Pengambinghitaman Raden Ronggo
- Krisis hubungan Belanda- Yogya, April- Agustus 1810
-"Bertumpuknya" masalah dan persiapan untuk pemberontakan Raden Ronggo
- Pembersihan Jawa yang ternoda: pemberontakan Raden Ronggo
VII. Ujung Tahap Awal Bulan- bulan Terakhir Pemerintahan Belanda- Prancis dan Penjarahan Yogya oleh Inggris, 1811- 1812
- Saat penentuan
- Benih- benih perang saudara di Yogya
- Runtuhnya pemerintahan Belanda- Prancis
- Tindakan pembalasan
- Upaya Inggris untuk berunding dan kunjungan pertama Rafles ke keraton- keraton
- Persiapan perang
- Jatuhnya Yogyakarta, 20 Juni 1812
* Jilid II, 508 hlm
VIII. Memasuki Era Baru. Pemerintah Peralihan Inggris, 1812- 1816
- Sosok suatu era baru
- Penjarahan Keraton Yogya
- Penobatan Hamengkubuwana III dan persaingan kasepuhan- karajan
- Terbentuknya Pakualaman, pengasingan Sultan sepuh dan pembagian jarahan keraton
- Tatanan baru Sultan ketiga dan peran Pangeran Diponegoro
- Sejumlah perjanjian 1 Agustus 1812 dan serba akibatnya
- Perkembangan positif selama pemerintahan Sultan ketiga
- Perubahan politik dan pemerintahan
- Pernikahan kedua Diponegoro dan wafatnya Sultan ketiga
- Penobatan, perwalian dan pernikahan Sultan kanak- kanak, Hamengkubuwana IV
- Kerusuhan Sayyid Kramat di Madiun dan komplotan sepoy pada 1815
IX. Memasang Belenggu Besi. Kembalinya Pemerintahan Belanda, Pemiskinan Petani Jawa Tengah- Selatan dan Timbulnya Gerakan- gerakan Ratu Adil
- Mengatasi masalah yang pelik
- Residen yang doyan makan minum dan menyebarkan cara hidup Belanda
-Tantangan- tantangan awal Nahuys sebagai residen
- Prakarsa Nahuys dalam penyewaan tanah di wilayah kerajaan dan masalahnya
- Pajak tanah Raffles, perkebunan kopi dan keadaan di Kedu
- Kerja gerbang- gerbang cukai
- Dampak gerbang cukai pada perdagangan dalam negeri dan hubungan Tionghoa- Jawa
- Berbagai akibat monopoli candu
- Aneka gerakan Ratu Adil dan ramalan di Jawa tengah- selatan
- Krisis di pedesaan Jawa, wabah kolera 1821 dan pemberontakan Pangeran Diposono
- Rangkaian peristiwa di keraton- keraton dalam tahun- tahun akhir kekuasaan Pakubuwono IV dan Hamengkubuwana IV
X. Menanti Ratu Adil. Jalan Menuju Peperangan di Jawa Tengah- Selatan, 1822- 1825
- Ditakdirkan memimpin
- Dampak wafatnya Sultan keempat dan tugas Diponegoro sebagai wali sultan
- Letusan Gunung Merapi Desember 1822 dan ramalan Joyoboyo
- Seorang lelaki kecil, gemuk dan kikuk, residen baru Yogyakarta
- Penghapusan penyewaan tanah dan serba akibatnya
- Peran Diponegoro sebagai wali sultan dan ganti rugi penyewaan tanah
- Putusnya hubungan Diponegoro dengan keraton
- Pembusukan moral: Danurejo IV dan perilaku para pejabat tinggi Belanda di Yogya
- Rencana aneksasi gubernemen dan dampaknya
- Aneka penampakan yang dialami oleh Diponegoro sebelum perang
- Pemahaman Diponegoro atas perannya sebagai Ratu Adil Jawa dan sikapnya terhadap orang- orang Eropa di Jawa
- Persiapan pemberontakan
- Pecahnya Perang Jawa
XI. Perlawanan Terakhir Tatanan Lama Renungan tentang Perang Jawa, 1825- 1830
- Penggalangan untuk perang: dana, tenaga dan senjata
- Peran perempuan
- Rasa anti- orang asing dan jati diri: perubahan sikap orang Jawa terhadap orang Tionghoa dan bahasa serta budaya Jawa
- Kepemimpinan dan kesetiaan daerah
- Peran kelompok santri
- Kesatria dan santri: putusnya hubungan antara Diponegoro dan Kiai Mojo
- Siasat militer dan politik Belanda
- Kebijakan fiskal Diponegoro: Sentot dan masalah dwifungsi
XII. Derita yang Tak Terpikul. Penangkapan Diponegoro di Magelang dan Pengasingannya ke Sulawesi, 1830- 1855
- Bagian satu: Jalan ke Magelang dan Batavia
- Janji kolonel: rangkaian perundingan Diponegoro dengan Cleerens selama Februari 1830 dan masalah keamanan dirinya
- Khianat atau penyerahan terhormat?
- Penangkapan Diponegoro di Magelang, 28 Maret 1830
- Kapal uap ke Batavia: bagaimana Diponegoro menerima hukuman seumur hidup dari Gubernur- Jenderal
- Bagian dua: Sultan di atas air
- Rakit Medusa: bertahan hidup dalam korvet Pollux, 4 Mei- 12 Juni 1830
- Selingan Minahasa: tahun- tahun Manado Diponegoro, 1830- 1833
- Menutup lingkaran: tahanan negara di Benteng Rotterdam, Makassar, 1833- 1855
Diponegoro memberikan kupasan menarik mengenai asal kata gelar itu kepada perwira asal Jerman kelahiran Luxemburg, Letnan Dua Justus Heinrich Knoerle, yang mendampinginya ke Manado. Menurut Knoerle:
"Dipo"[dari Sansekerta "dipa"] berarti seseorang yang menyebarkan pencerahan atau yang memiliki kehidupan dan kekuatan. Dalam pengertian inilah Diponegoro memahami namanya. "Negoro" berarti negeri atau provinsi dan "Diponegoro" karenanya adalah orang yang memberikan pencerahan, kekuatan dan kemakmuran kepada suatu negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar