Jumat, 16 Agustus 2024

Perang Salib bag 3

Dengan bertindak secara resmi sebagai pembantu Nuruddin, Saladin menguasai Dinasti Fatimiyah yang diakhirinya pada 1171.
Nuruddin telah meletakkan fondasi penyatuan kaum muslim dan menegaskan kembali legitimasi satu- satunya khalifah 'Abbasiyah yang bermazhab Sunni.

Pertikaian antara Saladin dan Nuruddin, yang tampak jelas terlihat saat itu, terhenti dengan wafatnya Nuruddin pada 1174.

Saladin selanjutnya menjadi pemimpin kaum muslim dalam Perang Salib.
Ia juga menjadi pemimpin Perang Salib yang paling terkenal.
Ia membuktikan bahwa dirinya pantas menjadi penerus Nuruddin.

Sepanjang 1174- 1178, upaya Saladin banyak dilakukan untuk menundukkan musuh- musuhnya dari kalangan kaum muslim sendiri dan menciptakan front bersama di Mesir dan Suriah melawan para Tentara Salib.

Kemenangan Saladin mencapai puncaknya ketika dia berhasil merebut kembali Yerusalem pada 2 Oktober 1187.

Saladin telah menciptakan sistem penguasa keluarga kolektif, yaitu dengan menempatkan kerabat- kerabatnya untuk mengawasi kota- kota dan wilayah- wilayah utama yang ditaklukkannya, sehingga tercipta konfederasi negara- negara yang bersifat longgar dengan dirinya sebagai pemimpin.
Sistem ini diikuti oleh para penerusnya, Ayyubiyah, yang merupakan dinasti keluarganya sendiri.

Dinasti Ayyubiyah dari suku Kurdi, anggota keluarga Saladin, mewarisi wilayah- wilayah di Mesir, Suriah dan Mesopotamia.
Tradisi- tradisi pemerintah mereka didasarkan pada tradisi pemerintah Turki Saljuk dan mereka juga mewarisi pemerintahan Fatimiyah di Mesir.

Pada 1228, Frederick II dari Sisilia tiba di Palestina untuk melancarkan Perang Salib.
Sultan Ayyubiyah al- Kamil, yang terancam oleh pertikaian internal keluarga, lebih memilih berunding daripada berperang dan membuat perjanjian dengan Frederick setahun kemudian, dengan menyerahkan Yerusalem, Bethlehem, Nazareth dan distrik- distrik lain ke tangan Tentara Salib.

Penyerahan Yerusalem membuat al- Kamil dikritik keras oleh berbagai kalangan kaum muslim.
Yerusalem diserang secara besar- besaran pada 1244 ketika pasukan Khawarazmi yang jauh di Asia Tengah, yang terusir oleh invasi Mongol dan bergerak ke arah Barat dengan kemarahan, memanfaatkan situasi lemah di Yerusalem.
Mereka menaklukkan dan merebutnya.
Sesudah itu, Yerusalem kembali dalam kekuasaan Islam.

Dengan tergulingnya Dinasti Ayyubiyah dan naiknya dinasti baru, yaitu Dinasti Mamluk yang militan dari Mesir, pada 1250, perlawanan Perang Salib dikobarkan kembali dan langkah- langkah yang diperlukan untuk mengusir para Tentara Salib selama- lamanya dari Timur Dekat dapat dilaksanakan secara bersamaan.

Serangan- serangan dari musuh baru, yaitu bangsa Mongol, dan kedatangan kaum Frank yang tanpa henti telah menjadi fokus utama untuk menyalurkan kekuatan dinasti baru tersebut.

Meskipun pasukan Mongol yang dipimpin Hülegü berangkat dengan tujuan- tujuan yang jelas, yaitu menghabisi Khalifah 'Abbasiyah, menghancurkan kaum Hasyasyin Alamut dan menuju ke Mesir, tujuan terakhir mereka tidak pernah tercapai.

Sekalipun ada perasaan cemas terhadap ancaman bangsa Mongol, sultan- sultan Mamluk lebih mengutamakan untuk mengusir para Tentara Salib, apalagi setelah mereka meraih kemenangan besar atas bangsa Mongol yang sebelumnya tak terkalahkan dalam pertempuran Sumur Daud ('Ayn Jalut) pada 1260.

Sultan Mamluk Baybars (w. 1277), raja yang sangat tegas dan keras, merupakan tokoh utama yang memulai proses pengusiran kaum Frank.
Setelah ia berhasil menyatukan Suriah dan Palestina, para Tentara Salib hanya bisa memberikan perlawanan kecil- kecilan.

Jatuhnya Acre pada 18 Mei 1291, suatu peristiwa yang dianggap menandakan berakhirnya kekuasaan kaum Frank di kawasan Mediterania timur dan dengan hengkangnya kaum Frank dari pelabuhan- pelabuhan yang masih mereka kuasai seperti Tirus, Sidon dan Beirut.

Sumber- sumber Islam menyebut kaum Kristen Eropa dengan istilah kaum Frank (al-ifranj).
Istilah bahasa Arab yang sepadan untuk para Tentara Salib (al- shalibiyyun, orang yang mengangkat senjata demi Salib) baru digunakan kemudian pada abad ke 19 dan ke 20.

Yang cukup menarik, etimologi kedua istilah tersebut, Crusader (dari bahasa Latin crux yang berarti kayu salib) dan shalibiyyun (dari bahasa Arab shalib yang berarti kayu salib) menegaskan pusat simbolisme Cross (kayu salib) yang mendasari operasi- operasi militer kaum Eropa yang kemudian dikenal dengan Crusade, yang berarti Perang Salib (dalam bahasa Arab modern disebut al- hurub al- shalibiyyah).

Demikian juga bagi kaum Kristen Eropa barat, suatu perang salib diyakini sebagai "usaha Yesus sendiri, yang dilegitimasi oleh mandatnya sendiri".


Carole Hillenbrand, 1999, The Crusade; Islamic Perspectives, Edinburg: terbitan Edinburg University Press.
Serambi Ilmu Semesta

Perang Salib bag 2

Pertemuan pertama bangsa Eropa dengan Islam teejadi akibat kebijakan- kebijakan ekspansi negara muslim baru, yang terbentuk setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, pada 632 M.

Satu abad kemudian, orang- orang Islam telah menyeberangi barisan pegunungan di antara Prancis dan Spanyol dan menaklukkan wilayah- wilayah yang membentang dari India utara hingga Prancis selatan.

Dari tahun 750 dan seterusnya, wilayah Dinasti 'Abbasiyah dibentuk oleh pemerintahan dan kebudayaan Persia- Islam dan semakin bertambah dengan dukungan militer dari budak- budak Turki yang menjadi tentara.

Pada abad kesepuluh dan kesebelas, perpecahan politik yang menimpa Dinasti 'Abbasiyah yang hebat dengan pusatnya di Baghdad terus berlangsung.

Kondisi tersebut membantu munculnya kembali bangsa- bangsa Eropa di Mediterania timur dan menjadi awal kebangkitan kekuasaan Kristen di Spanyol.

Tetangga dekat dunia Islam, Bizantium, berhasil melakukan penyerbuan ke utara Suriah pada akhir abad kesepuluh dan dalam waktu yang tidak lama menguasai kota- kota di negeri itu.

Selama abad- abad pertama kekuasaan kaum muslim, para peziarah Kristen dari Eropa biasanya bisa mengunjungi tempat- tempat suci agama mereka di Yerusalem dan Tanah Suci.

Mereka melakukan perjalanan lewat jalan darat melalui Balkan, Anatolia dan Suriah atau lewat jalur laut menuju Mesir atau Palestina.

Dengan demikian, berita tentang gaya hidul yang luar biasa dan tingginya kemajuan peradaban dunia Islam sampai ke Eropa.

Kabar tentang reputasi buruk seorang penguasa Islam tertentu- yakni khalifah keenam Dinasti Fatimiyah, al-Hakim- juga sampai ke Eropa.

Penyiksaan terhadap umat Kristen yang tinggal di wilayah kerajaannya, yang membentang hingga Suriah dan Palestina, mencapai puncaknya dengan penghancuran Gereja Makam Suci di Yerusalem pada 1009- 1010.

Tindakan- tindakan al-Hakim tersebut biasanya dianggap sebagai faktor pendorong meningkatnya keinginan kaum Kristen Eropa untuk melancarkan Perang Salib Pertama dan menyelamatkan apa yang mereka anggap sebagai tempat- tempat suci umat Kristen yang sedang berada dalam bahaya.

Pada paruh abad kesebelas, Suriah dan Palestina menjadi ajang pertarungan yang sengit antara bangsa Turki Saljuk yang menguasai dunia Islam timur dan Dinasti Fatimiyah yang berpusat di Mesir.

Dinasti Fatimiyah yang menganut Syiah Ismailiyah, menganut paham yang dicap haram oleh kaum muslim Sunni, terutama karena ideologi Fatimiyah- yang bertujuan dinamis dan ekspansionis- pada satu titik mengancam untuk menggulingkan Khalifah 'Abbasiyah yang bermazhab Sunni di Baghdad.

Turki Saljuk, yang belakangan memeluk agama Islam, menempatkan diri mereka sebagai pendukung Khalifah 'Abbasiyah dan Islam Sunni dan melancarkan perang berkepanjangan melawan Dinasti Fatimiyah.

Situasi politik di sekitar Anatolia (kini Turki) juga mengalami destabilisasi di masa ini, setelah Bizantium kehilangan wilayah penyangganya ke timur, yang dulunya berada di bawah kekuasaan Armenia, yang direbut oleh Turki Saljuk.

Pamor kekaisaran Bizantium mengalami pukulan hebat.
Mereka dikalahkan oleh bangsa Turki Saljuk yang dipimpin oleh Sultan Alp Arslan dalam pertempuran di Manzikert (kadang dikenal juga sebagai Malazgird)
pada 1071.

Satu kelompok bangsa Turki di bawah pimpinan Sulayman bin Qutlumush, yang keturunan keluarga Saljuk, mendirikan negara kecil, pertama di Nicaea (Iznik) dan kemudian di Iconium (Konya), yang kemudian berkembang menjadi kesultanan Saljuk Rum (istilah kaum muslim untuk Bizantium).

Pada 1090, kaisar Bizantium Alexius Comnenus sekali lagi memohon kepada Eropa setelah ia mendengar tekanan Saljuk terhadap kaum Kristen Timur Dekat

Kepausan sendiri memiliki alasan sendiri yang mendorongnya untuk menyerang umat Islam.
Paus Urbanus II mengeluarkan maklumat penting pada 17 November 1095 di Clermont, dengan menyerukan umat Kristen agar berangkat membebaskan kota suci Yerusalem dari penindasan umat Islam.

Pada 1097, pasukan Kristen gabungan di bawah beberapa pimpinan berbagai kelompok kaum Eropa Barat telah tiba di Konstantinopel dan melakukan perjalanan darat menyeberangi Anatolia menuju Yerusalem.
Dimulailah rangkaian operasi militer yang dipelopori kaum Eropa barat melawan Islam Timur Dekat yang kemudian dikenal sebagai Perang Salib.


Carole Hillenbrand, 1999, The Crusade; Islamic Perspectives, Edinburg: terbitan Edinburg University Press.
Serambi Ilmu Semesta

Perang Salib bag 1

1096 - 1102 > Perang Salib Pertama
1099 15 Juli > Yerusalem jatuh ke tangan Tentara Salib.

1147 - 1149 > Perang Salib Kedua
1172 10 September > Saladin menghancurkan Khalifah Fatimiyah dan mengembalikan Mesir kepada Islam Sunni.

1187 2 Oktober > Saladin merebut kembali Yerusalem.

1189 - 1192 > Perang Salib ketiga
1202 - 1204 > Perang Salib keempat
1217 - 1229 > Perang Salib kelima

1258 19 Februari > Mongol menyerbu Baghdad dan menghancurkan khalifah 'Abbasiyah.

1260 3 September > Pertempuran 'Ayn Jalut- Mamluk mengalahkan pasukan Mongol yang telah kepayahan.
23 Oktober > Baybars menjadi Sultan Mesir.

_

* Dinasti Fatimiyah (Mesir dan Suriah)

* Dinasti Saljuk.
Saljuk Agung 1040- 1194 M (Irak dan Persia).
1040 M - Tughril
1063 M - Alp Arslan

Saljuk di Suriah

* Dinasti Zengi (Jazirah dan Suriah)
1127 M - Zengi
1146 M - Nuruddin

* Dinasti Ayyubiyah (Mesir, Suriah, Diyarbakr, Yaman)
Ayyubiyah di Mesir
1169 M - al- Malik al- Nashir I Shalahuddin (Saladin)

Ayyubiyah di Damaskus

* Dinasti Mamluk 1250- 1517 M (Mesir dan Suriah)
1250 M - Syajarat al- Durr

_

Perang Salib, demikian menurut sudut pandang Barat, merupakan serangkaian operasi militer- paling sedikit terdiri atas delapan babak- yang didoronh oleh keinginan kaum Kristen Eropa untuk menjadikan tempat- tempat suci umat Kristen dan terutama Yerusalem masuk ke dalam wilayah perlindungan mereka.

Bagi pihak Barat, Perang Salib dimulai tahun 1095, ketika Paus Urbanus II menyerukan maklumat perang sucinya yang terkenal, sampai abad kelima belas dan bahkan abad selanjutnya, meskipun banyak yang berpendapat bahwa penaklukan Acre pada 1291 merupakan akhir usaha keras Tentara Salib melawan negara- negara Islam di sepanjang kawasan Mediterania timur.

Tidak diragukan lagi bahwa tulisan kaum muslim belakangan ini telah mengabaikan peranan bangsa Turki dalam periode Perang Salib.

Penelitian tentang respons kaum muslim atas kedatangan Perang Salib harus dilakukan di dalam konteks yang lebih luas mengenai peran yang dimainkan oleh dunia Islam timur secara umum dan khususnya memperhitungkan peran kemiliteran dan ideologis bangsa Turki yang baru mengalami proses islamisasi dan bentangan warisan kekaisaran Saljuk di Suriah dan Palestina.

Meskipun di dalam pandangan kaum muslim Arab saat ini tidak diragukan lagi bahwa hampir semua para pejuang besar jihad yang akhirnya mengalahkan Tentara Salib- Zengi, Nur al-Din dan Baybars- berasal dari Turki, pengakuan ini belum diberikan secara memadai, barangkali karena kekuasaan pemerintahan Turki Ustmani selama berabad- abad yang menyusul berakhirnya Perang Salib.

Secara umum, bangsa Arab di kawasan Mediterania Timur memandang periode ini secara menjijikkan dan barangkali inilah penyebabnya kalau saat ini mereka mengabaikan prestasi bangsa Turki dalam konteks Abad Pertengahan.

Laporan kaum muslim mengenai masalah Perang Salib sama sekali tidak mudah dianalisis- konsep "Perang Salib" merupakan konsep Barat.

Konsep itu tidak memiliki gema khusus di telinga umat Islam.
Para sejarawan muslim sendiri tidak menaruh perhatian terhadap hal tersebut.
Bagi mereka, Perang Salib semata- mata adalah perang melawan musuh- dalam hal ini kaum Frank, untuk dibedakan dengan misalnya Fatimiyah.


Carole Hillenbrand, 1999, The Crusade; Islamic Perspectives, Edinburg: terbitan Edinburg University Press.
Serambi Ilmu Semesta

Sabtu, 10 Agustus 2024

Constantinople

●330 M - Kaisar Konstantin I the Great menjadikan kota CONSTANTINOPLE sebagai ibukota kedua ROMANS, kota Roma mengalami kemunduran.
Istilah BYZANTIUM baru muncul pada abad ke- 19; orang BYZANTINE selalu menyebut dirinya ROMANS.

●360 M - Hağia Sophia pertama dibangun pada masa Constantius II
●395 M - ROMANS terpecah antara (ROME) dan Timur (BYZANTINE)

●476 M - Romawi Barat ambruk
●524 M - Kaisar Justinian menempatkan BYZANTINE pada puncak kejayaannya.

●670- 77 - Pengepungan Konstantinopel pertama, dipimpin oleh Yazid b Mu'awiyah, era Khalifah Mu'awiyah (w.680)

_

●1054 - Perpisahan gereja antara Eastern Orthodox dan Western Catholic
● Populasi Konstantinopel sekitar 500 ribu penduduk

●1203- 04 - Konstantinopel dikepung dan direbut pasukan salib IV
●1394- 1402 - Pengepungan Konstantinopel oleh Sultan Bayezid I

●1453 - Konstantinopel (50 ribu penduduk) dibebaskan oleh Sultan Mehmed II, Hağia Sophia menjadi Masjid Ayasofya.
Tursun beğ sejarawan yang mendampingi Sultan Mehmed II selama pengepungan Konstantinopel.

●1454 6 Januari - Mehmed mengangkat George Scholarious menjadi Patriark Gennadius II

_

●1909 - Revolusi Turki Muda atas Sultan Abdulhamid II, İstanbul jatuh ke tangan Harekat Ordusu; er Turki Muda.
●1918 - Kalah Perang Dunia Pertama, İstanbul diduduki oleh Inggris, France dan Italy sebagai konsekuensi Penyerahan Moudros.

●1923 - Sekutu mundur dari İstanbul, Mustafa Kemal menjadi presiden pertama Republik Turki sesuai Perjanjian Lausanne (Swiss), 24 Juli 1923
●1924 - Kekhilafahan Turki Utsmani dibubarkan oleh Mustafa Kemal (TBMM)

●1935 - Masjid Ayasofya dipaksa menjadi museum
●2020 - Recep Tayip Erdoğan mengembalikan sebagai masjid (24 Juli)


Kajian Ustadz Agung Waspodo, MPP
Masjid Raya Bintaro Jaya