Minggu, 04 Februari 2018

Buku "Ironi Pahlawan Devisa" - Jannes Eudes Wawa

Buku "Ironi Pahlawan Devisa" karya Jannes Eudes Wawa
Penerbit Kompas

Sepintas dapat dikatakan para TKI yang salah, sebab sekalipun berstatus ilegal, tetap ia bersedia dikirim ke luar negeri. Tetapi yang paling bersalah adalah aparat instansi terkait yang tidak pernah serius dalam bertindak, sehingga memungkinkan TKW untuk menoreh noda di negeri jiran

Berdasarkan ketentuan hukum Malaysia, setiap orang/ lembaga yang berada di wilayah tersebut dilarang melindungi pekerja/ pendatang ilegal. >> "Apabila berpatokan pada ketentuan hukum Malaysia, kami pun dalam posisi yang serba salah jika membela TKI ilegal. Tetapi, dengan dalih melindungi warga Indonesia, kami pun proaktif berjuang agar setiap TKI legal & ilegal diperlakukan manusiawi & hak-hak mereka pun jangan sampai diabaikan majikan

Ketika Pemerintahan Malaysia akan memberlakukan Undang-undang (UU) Imigrasi yang baru yang memiliki sanksi hukum yang lebih berat, termasuk dicambuk, ratusan ribu pekerja asing pun memulangkan diri ke negara asal masing-masing. Industri di Malaysia pun langsung lumpuh. Para pelaku bisnis di negara itu menjerit kekurangan tenaga kerja

Karena warga Malaysia cenderung memiliki pekerjaan yang aman & nyaman. Dalam seminggu hanya dua hari mereka bekerja, tapi itu pun hanya setengah hari. Hari-hari selanjutnya mereka minta cuti. Kalau memiliki mental seperti ini, kapan pekerjaan yang tengah dilakukan akan dituntaskan

Mereka (pekerja lokal) kurang optimal bekerja. Tanggung jawab cukup rendah & kurang jujur. Sebagian besar waktu dihabiskan untuk istirahat & bercakap-cakap dengan teman di kedai

Berdasarkan pengalaman sejumlah pengusaha Malaysia, posisi TKI khususnya di sektor perkebunan, rumah tangga & pertanian, agaknya sulit digantikan pekerja dari negara manapun. Alasannya terlalu banyak kesamaan baik budaya maupun bahasa, sehingga komunikasi para pekerja dengan majikan tidak mengalami hambatan yang berarti. Lagipula Indonesia & Malaysia masih serumpun

Kami sekarang sangat kewalahan. Karena itu, kami berharap tenaga kerja Indonesia tidak berlama-lama tinggal di Indonesia. Setelah memiliki paspor serta mendapatkan izin kerja, mereka segera masuk kembali ke Malaysia untuk bekerja di perusahaan kami. Saat ini semakin tidak mudah mendapatkan pekerja yang ulet, rajin, & berdedikasi tinggi seperti mereka

Buku "Centhini II, Tambangraras-amongraga" - Ngabei Ranggasutrasna, dkk

Buku "Centhini II, Tambangraras-amongraga" karya Ngabei Ranggasutrasna, dkk
Jilid II
Penerbit Balai Pustaka

Sastra Jendara itu adalah wujud sifat keselamatan Dewa Indra yang mengandung tabir rahasia selaku pengganti Hyang Wisesa

Sastra Cetha adalah kewaskitaan dalam hal kemanunggalan, jelas tidak ragu lagi akan asal mula hidup & menjadikan bebas di dunia artinya betul-betul yang dikhususkan di dunia

Tanpa hidup ini, tanpa hasil, susah seumur hidup. lebih baik tidak hidup. Manusia yang tidak sempurna hidupnya bagaikan makhluk tanpa tekad kemantapan hati

Sang Hyang Wisnu menjawab, "Hamba gunakan lahir & batin. batin sebagai manusia, lahir sebagai jin. Kemanusiaan hamba ini berasal dari nenek moyang sendiri. Oleh karena itu untuk kebatinan, karena laki-laki itu menjadi sarana yang mengadakan hidup. Adapun segi unsur jin hamba berasal dari nenek moyang wanita, karena Sang Hyang Nurcahya diambil menantu oleh raja jin"

Orang pandai akan kalah oleh orang yang cerdik. Orang cerdik kalah oleh orang yang tinggi kekuasaannya

Serba sulit menghadapinya bila mengikuti ajakan kemenakannya. Untuk memeluk Islam, beliau merasa malu, sebab seorang raja tidak teguh pada keyakinan & imannya

Permainan bermain kartu itu bukan pekerjaan untuk mencari untung, tetapi hanya sekedar untuk bersuka ria menyenangkan hati & sekedar kelengkapan bagi pejabat tinggi

Tumuli "segera, cepat", artinya lekas-lekas bila mengocok, membagi, membuang, & menerima kartu. Jangan sampai disuruh lawan, karena kelihatan tidak tanggap

Jika kalah jangan tampak cemas & sedih, kemudian marah. Jelek dipandang orang, roman muka pasti tampak gelap & masam, sedangkan jika menang jangan tampak gembira ria & tertawa tergelak-gelak, menimbulkan rasa tidak senang bagi lawan

Ki Ajar Sutikna berkata, "Ketika saya masih muda, sebelum menjadi penjudi, saya sangat nakal, bermain-main dengan wanita penjaja cinta, menjelajahi tanpa pilih-pilih. Hingga dapat mengetahui watak & tingkah laku wanita, mengetahui kemampuan diriku menghadapi wanita & mengetahui penyebab rasa senang, kecewa, & mengkal"

Jika kamu akan memilih wanita yang baik, pantas dijadikan istri, silakan merenungkan makna kata-kata bobot, bebet, bibit.
Bobot; memilih wanita sejati dilihat dari silsilah keturunan ayahnya,
Bebet; dipilih keturunan orang supudya (orang yang banyak harta benda),
Bibit; dipilih wanita yang baik parasnya & banyak kepandaiannya

Bila seseorang iri, benci & berbuat semena-mena harus mengucap "jabang bayi", supaya bila bayi itu kelak lahir jangan sampai cacad, semoga lahir dengan selamat

Kanjeng Sunan Giri Prapen yang melawan raja. Kemudian ditangkap, dibawa ke Mataram bersama istri, anak, & pengikutnya. Beliau mempunyai anak dari istri selir, anak tertua bernama Jayengresmi, adiknya Jayengsari & anak bungsu bernama Rancangkapti yang cantik

Jika selam berada di dunia selalu mengadakan pesta, selalu bersuka ria, bila meninggal dunia, jasmaninya akan busuk bercampur tanah, nyawanya menjadi Pengganggu, kemamang, mayat pocongan
-Bila melakukan bertapa, senang berpantang, mencegah keinginan makan, minum, jasmaninya akan ..., keras menjadi batu, nyawanya terbang melayang seperti sibur-sibur tidak bermata
-Bila gemar menahan keinginan untuk tidur, nyawanya menjadi setan, jin parahyangan
-Bila gemar bertapa & tidak bersanggama, mencegah sahwat, nyawanya menjadi dhanyang "hantu penjaga" smarakisma

Empat macam bentuk rumah; Joglo, Limasan, Kampung, & Mesjid

Kelahiran Selasa Kliwon, sudah menjadi kehendak Tuhan harus menikah dua kali, yang tidak menikah dua kali akan cerai mati.

Buku "Centhini I lanjutan

"Hamba Kalabanjar, di halaman alun-alun tempat tinggal hamba, barangkali hamba sering menyembunyikan anak-anak
-Kalaencer nama hamba, tempat hamba di perempatan jalan besar, menganggu orang naik kuda
-Kalajathok nama hamba, tempat tinggal hamba di pinggiran balai-balai pendapa, jika ada gangguan dari luar asalnya, hamba sanggup menolaknya

-Nama hamba Kalajangkung, tempat tinggal hamba di bagian balai-balai tempat kepala terletak, jika ada gangguan bisa dari atas hamba sanggup menolaknya
-Dewi Sri, "Apabila mulai menuai padi atau bilamana akan menaikkan padi ke lumbung, pakailah pakaian yang serba bersih berbau wangi-wangian, pilihlah hari & waktu yang baik. Buatlah selamatan jangan sampai ada yang tercecer. Jika tidak demikian, saya tidak lega hati."
-Nama saya Gumbreg, dewanya kerbau, kandangnya berilah sajen bunga. Apabila sakit di sudut barat laut kandang gantungkan kowong, di sudut tenggara gantungkan pelepah daun kelapa

-Nama saya Mariyi, dewanya ayam, jika akan disembelih, ucapkan "Kaki Mariyi, asuhanmu kusembelih untuk keperluan orang mempunyai hajat kerja. Mudah-mudahan bisa memberi berkat"
-Nama saya Tembalung, dewa babi hutan, orang yang empunya ladang & sawah, jika ingin saya jauhi, kencingilah saya. Tentu saya tidak mendekat
-Kandhabuwana berkata, "Hai kakanda Sapujagad, kau kupersilakan datang karena aku dimintai tolong oleh empunya rumah ini supaya menyapu bersih semua anak buah Kala yang angkara murka"

-Bertempat tinggal di sumur, bernama Kalalumut, tubuhnya tak bertulang hanya daging & kulit belaka, ia gagu & tuli, supaya berhati-hati jika pergi ke sumur, dilarang berbicara sambil bergurau, tidak senonoh
-Bernama Kalalumer, tubuhnya hanya terdiri atas kulit & daging, tempat tinggalnya di dapur, setiap hari / jika mempunyai kerja, buatkan sajen dari segala yang dimasak, sedikit saja

Raja Kresna segera mengambil bunga Wijayakusuma, kemudian melabuhnya ke samudra dengan berkata, "Hai Wijayakusuma, semoga kau tumbuh di samudra. Jadilah kelak sebagai bekal bagi raja yang dinobatkan memerintah seluruh Jawa!"

Hyang Narada berkata perlahan, "Duhai para raja anakku semuanya, ketahuilah bahwa saya ini ditugasi Hyang Suksma Luhung "Dewa Tertinggi" untuk mengambil Cakra serta panah Cundhamani. Keduanya sudah waktunya kembali ke sorga, karena anda semuanya hendak menuju ke kematian sempurna"

Suasana di Borobudur, Nurwitri berkata, "Ada gerobag ditarik gajah, pengendaranya mungkin raja, paling tidak itu pembesar, karena dipayungi, ada lagi perahu layar, konthing jungkung "perahu kecil-kecil". Ada yang naik gajah, diiringi oleh prajurit berjalan kaki, ada manusia bersayap, ada yang naik tandu joli, rupanya itu ada ceritanya, entahlah ketika zaman budha, cerita yang dikutip-kutip"

Ketika Raja Sri Jayabaya membuat gambar nenek moyang raja di atas daun tal. Mula-mula yang dilukis gambar Hyang Jagatnata seterusnya hingga yang disebut Bambang Parikenan. Setelah selesai gambar itu dinamakan wayang purwa

Buku "Centhini I, Tambangraras-amongraga" - Ngabei Ranggasutrasna, dkk

Buku "Centhini, Tambangraras-amongraga" karya Ngabei Ranggasutrasna, dkk
Jilid I
Penerbit Balai Pustaka

Raja Amarta Sri Darmawangsa, Sri Yudhistira, Wrekodara, Janaka serta Nakula & Sadewa, Dyah Drupadi, Wara Sumbadra, Dewi Kunti

Setelah enam ratus tahun lamanya, baru mendapat petunjuk Dewa, Yudhistira supaya bertapa di daerah Majapahit, di tengah hutan Glagahwangi

Sunan Lepen "Kalijaga" saat memasuki hutan Glagahwangi melihat seorang bertubuh tinggi besar, memancarkan sinar cahaya, ukurannya lipat tiga dari manusia sekarang, bulunya lebat, panjang, rambutnya gimbal, duduk di bawah pohon beringin. (Yudhistira)

Yudhistira menjawab, "Saya Yudhistira, dahulu berasal dari Amarta, tatkala zaman Budha, masih beragama Brahma"

"Ketika saya diwisuda menjadi Raja, lalu dianugerahi azimat oleh Dewa Tertinggi, namanya kalimasada, atau Pustakajamus. Azimat itu berada di tangan kanan, sudah sangat lama tangan saya tidak dapat turun serta tidak dapat terbuka"

Jangankan mengerti bunyi tulisan & isinya azimat, membuka saja takut. Karena sabda dewa hanya memerintahkan memakai sebagai azimat saja

Kanjeng Sunan Kali berkata "bahwa azimat ini disebut Pustakajamus, artinya "surat hitam bertuliskan putih", dinamakan Kalimasada maksudnya "Kalimah Syahadat" sebenarnya. Kalimah Syahadat sekarang sudah terlaksana dipakai & dianut oleh orang yang sudah memeluk agama Islam, juga disebut agama Rasul

Pada zaman purwa "dahulu" wali dapat disamakan para resi serta pendeta, jadi hormat anda cukup bersalaman saja

Yudhistira memberikan kanjeng Sunan, berisi keropak bergambar tiga tokoh wayang: pertama Sri Baladewa, kedua Raja Dwarawati, ketiga Arya Wrekodara

Ketiga gambar wayang ini terapkan pada punggung maesa danu "kerbau hutan", maksudnya kulit kerbau. Tanduk kerbau hendaknya dipakai ototnya, kulit kerbau dipakai tulangnya. Ceritakanlah lakon demi lakon supaya menjadi suri teladan bagi seluruh isi dunia

Bila membuat wayang dengan mata bentuk kedhondhongan "buah kedondong", berpola pada gambar wayang Prabu Baladewa raja Madura, jika dengan mata bentuk liyepan "kecil panjang" berpola pada gambar wayang Sri Kresna raja negeri Dwarawati. Jika dengan bentuk mata mentheleng sereng "tajam keras" menarik, berpola pada wayang ksatria di Jodhipati, Raden Arya Wrekodara, jika wayang raksasa/ danawa, dengan pola anjing menyeringai

Wali wolu tanah Jawa "delapan wali pulau Jawa":
1. Kanjeng Sunan Ngampelgadhing (Raden Rahmat)
2. Susuhunan Gunungjati (Sayid Jen), Cirebon
3. Sunan Ngudung (Syekh Sabil)
4. Sunan Giri Gajahpura
5. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim)
6. Sunan Bukit Majagung (Raden Ngalim Hurerah)
7. Sunan Drajat (Masakeh Mahmud)
8. Sunan Kalijaga (Raden Sahid)

Saat Hyang Kala bersandar pada pohon kamal "asam" yang rindang, ia kesengsem "terpesona", "Pohon ini kunamakan pohon asem "asam"."
-"Binatang apakah yang memakan ludahku ini?, kau kuangkat menjadi prajuritku, kunamakan Kalajengking, karena ekormu njengking "menungging"."
-"Binatang apa ini, melahap ludahku. Jadilah kau prajuritku. Kau menggigitku sampai abang "merah", kini kau bernama Kalabang "kala merah"."

Buku "Ramayana" - Sunardi D. M

Buku "Ramayana" karya Sunardi D. M
Penerbit Balai Pustaka

Kisah Ramayana merupakan lanjutan dari cerita wayang Arjuna Sasrabahu (Raja negeri Maespati)

Negeri Ayodya dahulu dikalahkan oleh Rahwana & raja Prabu Banaputra tewas, disusul tewasnya Bagawan Rawatmeja adik Prabu Banaputra, maka Dewi Sukasalya janda mendiang Bagawan Rawatmeja diperistri oleh Dasarata

Bagawan Jamadagni atau Ramabargawa yang dulu membunuh Prabu Arjuna Sasrabahu

Prabu Rahwana sangat sakti & memiliki aji-aji Pancasona yang membuatnya tidak dapat mati, yang dulu diterimanya dari Subali, begitu rubuh menyentuh tanah, ia hidup kembali

Bagawan Wisrawa (Raja Lokapala) + Dewi Sukesi = Rahwana, Kumbakarna, Sapakenaka, Raden Arya Wibisana/ Gunawan

Prabu Dasarata + Dewi Ragu/ Dewi Sukasalya = Ramabadra
-- + Dewi Kekayi = Barata
-- + Dewi Sumitra = Raden Lesmana, Raden Teruna

Dewi Rarasati istri Batara Brama
Dewi Kamaratih istri Batara Kamajaya

Rahwana + Dewi Tari (anak Batara Endra) = Raden Indrajit/ Arya Megananda
 -- + = Raden Trisirah, Raden Trikaya, Raden Dewantaka & Raden Saksadewa

Kumbakarna + Dewi Kiswani = Aswanikumba & Kumbakumba
Wibisana + Dewi Triwati = Raden Bisawarna & Dewi Trijata
Sarpakenaka + Karadusana, Trimurda

Resi Gotama + Retna Windradi = Retna Anjani, Raden Subali, Raden Sugriwa

Cupu Manik Astagina, dapat memperoleh apa saja yang dikehendaki di dunia ini, apa yang diinginkannya dapat keluar dari cupu itu

Subali & Sugriwa yang terjun ke dalam danau untuk mencari Cupu, segera berubah wujud menjadi kera, Retna Anjani sendiri mencuci mukanya dengan air danau menggunakan kedua telapak tangan, maka muka & kedua telapak tangan saja yang menjadi muka & tangan kera

Karena Anjani bertapa dengan telanjang bulat, saat Batara Guru mendatanginya, air maninya keluar jatuh ke daun kamal, kemudian dimakan oleh Anjani, lalu mengandung & melahirkan Raden Anoman

Raden Anoman kecil dirawat & dididik oleh Batara Bayu di Suralaya kemudian diserahkan kepada Sugriwa di istana Guakiskenda

Batara Guru melempar daun ila-ila yang mengandung air mani ke punggung Batara Narada (karena mengejek Batara Guru), seketika daun ila-ila di punggung menjadi seekor kera (Raden Anila)

Subali & Anoman mampu ber-tiwikrama menjadikan tubuhnya sangat besar

Kapi Jembawan & Kapi Menda (Putut Menda, sejak lahir bertanduk) adl bekas pemomong Subali & Sugriwa dulu waktu kecil

Subali + Dewi Tara (anak Batara Endra) = Raden Anggada

Peristiwa Anoman yang diabadikan oleh para pujangga dalam syair Macapat "Kinanthi"
Anoman malumpat sampun
Prapteng witing nagasari
Mulat mangandhap katingal
Wanodya yu kuru aking
Gelung rusak awor kisma
Kang iga-iga kaeksi

Prabu Sumali (Raja Alengka) + Dewi Danuwati (dari Mantili) = Dewi Sukesi, Harya Prahasta

Rama Gandrung, Anoman Obong, Sinta Obong, Anoman Duta, Anggada Duta, Rama Tambak

Batara Wisnu menjelma menjadi singa, bernama Batara Narasinga saat melawan Maharaja Kasipu di Suralaya

Hyang Narada yang diutus oleh Batara Guru agar pertempuran di Kaendran berakhir menghadiahi Rahwana bidadari Dewi Tari, Dewi Kiswani untuk Kumbakarna, Dewi Triwati untuk Wibisana

-Hyang Baruna= Dewa Laut, Hyang Antaboga = Bumi
-Prajurit -prajurit kera adalah putra-putra Dewa
-Anggada putra Dewi Tara & Indrajit putra Dewi Tari adalah sama-sama cucu dari Batara Endra
-Apimu kelak akan menitis pada Kresna, sedang nyalamu akan menitis pada Arjuna

Prajurit-prajurit raksasa Alengka = Berpengalaman perang melawan Lokapala, melawan Ayodya, Kaendran, melawan pasukan Arjuna Sasrabahu

Pikiran pokok yang mempengaruhi prajurit-prajurit raksasa Alengka dalam berperang, adalah membalas budi yang telah banyak mereka peroleh dari raja Rahwana

Pikiran poko prajurit-prajurit kera dalam peperangan adalah membela kebenaran & menghapuskan tindakan-tindakan angkara murka demi perdamaian dunia & ketenteraman hidup manusia sesamanya

Delapan sifat jika menjadi raja telah tergabung menjadi pribadi kepemimpinan yang asalnya diambil dari watak delapan Dewa; Batara Endra, Batara Surya, Batara Bayu, Batara Kuwera, Batara Baruna, Batara Yama, Batara Candra, & Batara Brama

Setengah bulan peperangan di Alengka, selama setahun Dewi Sinta berpisah dengan Rama

Daerah-daerah yang dilalui Rama; Gunung Mahendra, Gunung Maliawan, Guakiskenda, Gunung Reksamuka, hutan Dandaka

Subali= tapa ngalong, bertapa seperti seperti binatang kalong
Sugriwa = tapa ngidang, bertapa meniru binatang kidang dalam hutan
Anjani= tapa nyantuka, bertapa seperti binatang katak