"Hamba Kalabanjar, di halaman alun-alun tempat tinggal hamba, barangkali hamba sering menyembunyikan anak-anak
-Kalaencer nama hamba, tempat hamba di perempatan jalan besar, menganggu orang naik kuda
-Kalajathok nama hamba, tempat tinggal hamba di pinggiran balai-balai pendapa, jika ada gangguan dari luar asalnya, hamba sanggup menolaknya
-Nama hamba Kalajangkung, tempat tinggal hamba di bagian balai-balai tempat kepala terletak, jika ada gangguan bisa dari atas hamba sanggup menolaknya
-Dewi Sri, "Apabila mulai menuai padi atau bilamana akan menaikkan padi ke lumbung, pakailah pakaian yang serba bersih berbau wangi-wangian, pilihlah hari & waktu yang baik. Buatlah selamatan jangan sampai ada yang tercecer. Jika tidak demikian, saya tidak lega hati."
-Nama saya Gumbreg, dewanya kerbau, kandangnya berilah sajen bunga. Apabila sakit di sudut barat laut kandang gantungkan kowong, di sudut tenggara gantungkan pelepah daun kelapa
-Nama saya Mariyi, dewanya ayam, jika akan disembelih, ucapkan "Kaki Mariyi, asuhanmu kusembelih untuk keperluan orang mempunyai hajat kerja. Mudah-mudahan bisa memberi berkat"
-Nama saya Tembalung, dewa babi hutan, orang yang empunya ladang & sawah, jika ingin saya jauhi, kencingilah saya. Tentu saya tidak mendekat
-Kandhabuwana berkata, "Hai kakanda Sapujagad, kau kupersilakan datang karena aku dimintai tolong oleh empunya rumah ini supaya menyapu bersih semua anak buah Kala yang angkara murka"
-Bertempat tinggal di sumur, bernama Kalalumut, tubuhnya tak bertulang hanya daging & kulit belaka, ia gagu & tuli, supaya berhati-hati jika pergi ke sumur, dilarang berbicara sambil bergurau, tidak senonoh
-Bernama Kalalumer, tubuhnya hanya terdiri atas kulit & daging, tempat tinggalnya di dapur, setiap hari / jika mempunyai kerja, buatkan sajen dari segala yang dimasak, sedikit saja
Raja Kresna segera mengambil bunga Wijayakusuma, kemudian melabuhnya ke samudra dengan berkata, "Hai Wijayakusuma, semoga kau tumbuh di samudra. Jadilah kelak sebagai bekal bagi raja yang dinobatkan memerintah seluruh Jawa!"
Hyang Narada berkata perlahan, "Duhai para raja anakku semuanya, ketahuilah bahwa saya ini ditugasi Hyang Suksma Luhung "Dewa Tertinggi" untuk mengambil Cakra serta panah Cundhamani. Keduanya sudah waktunya kembali ke sorga, karena anda semuanya hendak menuju ke kematian sempurna"
Suasana di Borobudur, Nurwitri berkata, "Ada gerobag ditarik gajah, pengendaranya mungkin raja, paling tidak itu pembesar, karena dipayungi, ada lagi perahu layar, konthing jungkung "perahu kecil-kecil". Ada yang naik gajah, diiringi oleh prajurit berjalan kaki, ada manusia bersayap, ada yang naik tandu joli, rupanya itu ada ceritanya, entahlah ketika zaman budha, cerita yang dikutip-kutip"
Ketika Raja Sri Jayabaya membuat gambar nenek moyang raja di atas daun tal. Mula-mula yang dilukis gambar Hyang Jagatnata seterusnya hingga yang disebut Bambang Parikenan. Setelah selesai gambar itu dinamakan wayang purwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar