Disampaikan oleh RH Oteng Suherman
Diterbitkan oleh Pustaka Srirono Purworejo.
Tahun Penerbitan 2012, 2014
1. Tanah Pagelen Masa Purba
- Pemilihan Raja Medang Kamulan
- Supata Nyai Bagelen
- Ki Cakrajaya alias Sunan Geseng
- Prabu Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung
- Patung Emas dari Goa Seplawan
2. Abad Pertengahan
- Pangeran Benowo Putra Sultan Pajang
- Pelarian Agung Tahun 1677 M
- Raden Ajeng Rara Tungle
- Kangjeng Raden Adipati Aryo Danurejo
- Hadiah Garwa Dalem Susuhunan Prabu Hamangkurat Agung
- Kyai Brengkel
3. Pra Perang Diponegoro
- Raden Ngabehi Resodiwiryo
- Peristiwa dengan Pepatih Dalem Kasunanan
4. Perang Jawa di Tanah Bagelen
- Pangeran Kusumoyudho
- Tiga Oktober 1828 di Bagelen
- Raden Tumenggung Cokrojoyo
- Perundingan Khianat
5.Kadipaten Brengkelan
- Raden Adipati Brengkelan
- Kangjeng Raden Adipati Cokronegoro I Bupati Purworejo
- Pribadi KRAd. Cokronegoro I
6. Kadipaten Semawung Kutoarjo
- KRAA Notonagoro Sawunggalih II di Kutoarjo
- Semawung Kutoarjo Semasa Perang Diponegoro
- KRAd. Aryo Turkiyo Purboatmojo atau Pangeran Turkiyo Purboatmojo Bupati Kutoarjo Tahun 1870 sampai 1915
KRAA Cokronagoro I
Bupati setelah Keluarga Cokronagoro
_
Para Bupati dan Panglima perang diberikan gelar pangkat kemiliteran, yang diambil dari pangkat militer Kasultanan Turki Ottoman (Utsmani) dan Jawa. Misalnya pangkat Basah (Panglima= Pasha), Alibasah (Panglima Tinggi= Ali Pasha), Pasukan Pengawal Barjumat, Bulkiyo, Turkiyo dan Arkiyo dicontoh dari resimen Janissary Turki.
Beberapa pemimpin yang berjuang bahu- membahu dengan sang Herucokro, diantaranya adalah:
1. Pangeran Mangkubumi
Pamanda Pangeran Diponegoro sendiri, yaitu adinda dari Sultan Hamengku Buwono III yang wafat pada tahun 1850 bergelar Panembahan Amangkurat.
2. Pangeran Ngabehi Joyokusumo
Dikenal dengan sebutan Pangeran Bei, putra Sultan Hamengku Buwono II. Panglima perang yang hebat dan ahli strategi yang brilian, gugur sebagai pahlawan di Bukit Slingi di aliran Sungai Progo.
3. Kyai Mojo
Ulama yang berasal dari Mojo (Surokarto), beliau adalah penasehat keagamaan yang memberikan corak dan jiwa Islam dalam perjuangan itu. Beliau wafat di pengasingannya di Minahasa tanggal 20 Desember 1849.
4. Sentot atau Alibasah Ngabdul Mustofa Prawirodirjo
Beliau adalah putra seorang Bupati Madiun Raden Rangga Prawirodirjo, cucu dari Sultan Hamengku Buwono I yang tewas dalam pertempuran melawan Gubernur Jenderal Daendels.
Oleh Pemerintah Belanda, tanah Bagelen dibagi menjadi empat buah Kadipaten, dibawah seorang Residen Belanda. Kadipaten- kadipaten tersebut ialah:
1. Kadipaten Brengkelan
Diperintah oleh Raden Adipati Cokrojoyo
2. Kadipaten Semawung
Diperintah oleh Raden Adipati Notonagoro atau Sawunggalih II
3. Kadipaten Karangduwur
Diperintah oleh Raden Adipati Mangunagoro
4. Kadipaten Ungaran atau Ngaran (Kutowinangin)
Diperintah oleh Raden Adipati Arung Binang, dengan daerah yang sebagian termasuk daerah Bagelen dan sebagian lagi termasuk daerah Banyumas (sekarang).
Sang Adipati kurang berkenan dengan nama kadipatennya, Brengkelan. Hal ini dikarenakan arti kata Brengkele mempunyai konotasi tidak baik, yaitu suka membantah dan tak mengalah, disamping arti kata lain Brengkelan, yaitu tanah yang berasal dari menebang sendiri (babad alas).
Oleh karena itu Raden Adipati Cokrojoyo menghendaki perubahan nama tersebut dengan sebuah nama yang mempunyai konotasi arti yang baik. Setelah memohon petunjuk kepada Allah Yang Maha Kuasa, kemudian terbesitlah sebuah nama yang bagus dan mempunyai arti yang baik serta mempunyai harapan atas masa depan yang gemilang.
Nama yang beliau usulkan adalah Purworejo yang mempunyai arti awal dari kemakmuran yang akan dinikmati oleh para penduduknya. Nama tersebut ternyata disetujui oleh para pembesar negeri dan oleh Komisaris Van Lawick Van Pabst.
Perubahan nama tersebut tertulis dalam Naskah Kedung Kebo sebagai berikut:
Prapteng nagri Brengkelane karso prikso tanah kutha Brengkelan sinung nomo negoro Purworejoku Kyai Dipati Cokrojoyo nomo Adipati Raden Cokronagoro
(Buku Kedung Kebo, naskah LBG No. 5 koleksi Bagian Naskah Perpustakaan Nasional : 625)
Peristiwa perubahan nama Brengkelan menjadi Purworejo dan Raden Adipati Cokrojoyo menjadi Raden Adipati Cokronagoro terjadi pada hari Sabtu tanggal 14 Romadlon tahun Je 1758 Jawa atau tahun 1246 H yang bertepatan dengan tanggal 27 Februari 1831 M.
- Amat Takyin, Ki, BABAD BANYUURIP, Lembaga Kebudayaan & Kesusastraan Kecamatan Banyuurip, Purworejo Th 1983.
- Atass Danusubroto, RAA. COKRONAGORO I (1831- 1857) PENDIRI KABUPATEN PURWOREJO.
- Bappeda Tingkat II Purworejo, 1982, SEJARAH BAGELEN HINGGA KABUPATEN PURWOREJO.
- Carey, PBR, 1974. THE BUKU KEDUNG KEBO - JAVANISE HISTORIS OF DIPONEGORO (THESIS), Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
_
Berakhirnya perang Diponegoro menjadi cikal bakal terbentuknya sistem pemerintahan yang lebih punya legitimasi di Purworejo. Ki Resodiwiryo yang dianggap berjasa besar bagi Kesunanan Surakarta dalam peperangan tersebut lantas diangkat menjadi Bupati Bagelen yang berubah nama menjadi Purworejo dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung yang kemudian dinaikkan menjadi Raden Adipati Aryo (RAA) Cokronagoro dan punya hak turun temurun memimpin Purworejo.
Cokronagoro menjabat sebagai Bupati pertama Purworejo dari 1831 hingga wafatnya pada 1856 dalam usia 83 tahun.
Nama- nama Bupati yang menjabat di Purworejo setelah RAA Cokronagoro I hingga sekarang:
1. Raden Adipati Aryo Cokronagoro II
2. Raden Adipati Aryo Cokronagoro III
3. Raden Adipati Aryo Cokronagoro IV/ RMTA Soegeng Cokronagoro IV
Raden Adipati Aryo Cokronagoro IV menjabat sebagai Bupati Purworejo sampai 1919. Oleh karena kesalahan terhadap Pemerintah Belanda, Bupati Cokronagoro IV dibebastugaskan. Namun pada 1921 direhabilitir dan diangkat kembali sebagai Bupati hingga pensiun.
4. Raden Adipati Aryo Soerjadi dari 1921- 1928
5. RM Hasan Danoeningrat (1928- 1945)