Watu Gubung, sebuah batu besar yg berlobang yg konon adalah pusatnya makhluk gaib di Gunung Merbabu.
Bagi para pendaki batu tersebut sering digunakan sbg tempat perlindungan "shelter" pd saat cuaca buruk.
Puncak Kenteng Songo, dimana ditempat tersebut terdapat 9 Batu Kenteng. Batu Kenteng adalah batu berbentuk bulat yg tengahnya terdapat lobang dan mirip Lumpang "tempat menumbuk padi".
Puncak Sarip. Nama puncak yg diabadikan utk mengenang seorang pelarian yg bernama Sarip pd masa kolonial dan bersembunyi di puncak Timur Gunung Merbabu.
Memiliki 4 jalur pendakian resmi.
-Jalur utara melewati Desa Thekelan dan Cuntel.
-Jalur barat lewat Desa Wekas.
- Jalur selatan lewat Desa Selo.
Bagi yg baru pertama mendaki disarankan lewat jalur Wekas atau Cuntel, karena jalur dengan jalan setapak yang jelas, tidak terlalu menanjak dan terdapat beberapa sumber mata air disepanjang jalur pendakian.
Bagi yang sudah terbiasa, bisa melewati jalur Thekelan, dengan rute yang sedikit memutar, namun akan terpuaskan dengan suguhan pemandangan bentang alam yang luar biasa indahnya.
Dari jalur Thekelan akan ditemukan Pereng putih, sebuah Tebing dengan batuan andhesit yang ditumbuhi lumut kerak "Lichenes" berwarna putih yang akan mengeluarkan gema saat anda berteriak kencang.
Di pos 3 jalur Thekelan akan ditemukan maskot gunung merbabu yakni watu gubug yang disakralkan penduduk setempat.
Jalur Selo yang terletak di sisi selatan Merbabu, jalur yang cukup panjang dan selalu berhadapan dengan punggungan terbuka dengan padang rumput yang luas. Dimanjakan dengan pemandangan yang menakjubkan dengan padang rumput dan grombolan tumbuhan edelweis dan cantigi.
Keuntungan jalur Selo adalah akses langsung menuju puncak tertinggi, sedangkan 3 jalur yang lain harus melewati beberapa puncak untuk sampai puncak 3142 mdpl.
Jalur cuntel, wekas dan thekelan akan bertemu pada satu titik yakni pada gunung watu tulis. Di tempat ini terdapat sebuah menara dan antena relay milik TNI dan biasa pendaki menyebut dengan pemancar.
Watu tulis adalah puncak pertama yang bisa dijejaki, berjalan selanjutnya menuju ke selatan dan akan dijumpai kawah dengan kepulan asap berbau belerang. Disini juga akan ditemukan sumber mata air, namun harus jeli membedakan air tawar dengan air yang sudah bercampur belerang.
Disisi kanan kawah terdapat sebuah bukit kecil yang dinamakan gunung kukusan, karena bentuknya kerucut mirip alat pengukus tradisional.
Dari kawah untuk menuju puncak, pendaki akan dihadapkan pada sebuah jalur yang terjal yang dinamakan "Sri Gremet". Gremet diambil dari bahasa jawa yang artinya pelan, jadi perjalanan di jalur ini harus merayap dan ekstra hati- hati sebab sisi kanan- kiri adalah jurang.
Setelah menyelesaikan sri gremet akan melewati jalur "Geger Sapi" atau punggung sapi, yakni sebuah jalur sempit yang sisi kanan dan kiri adalah jurang. Analogi punggung sapi hingga punuk sapi untuk menggambarkan jalur tersebut.
Jembatan setan adalah jalur selanjutnya dan entah darimana nama tersebut diambil. Jalur yang terjal dan sedikit melelahkan namun akan terbayar usai diselesaikan, sebab langsung dihadapkan pada 2 pilihan. Pilihan pertama adalah mendaki puncak Sarip dengan waktu tempuh sekitar 10 menit atau 40 menit menuju puncak Kenteng songo.
Jalur kenteng songo sedikit landai. Pendakian terberat sebelum puncak adalah jalur Ondo rantai, jadi sebuah jalur terjal yang berundak- undak mirip tangga. Acapkali pendaki dipaksa untuk merayap bahkan memanjat dengan berpegangan pada perakaran Cantigi yang kokoh.
Di puncak kenteng songo akan ditemukan beberapa batu yang berbentuk bulat dan berlubang, namun saat ini kondisinya rusak oleh orang- orang yang tidak bertanggung jawab.
Jalan ke sisi barat sekitar 5 menit untuk sampai di puncak Trianggulasi pada ketinggian 3142 mdpl. Dari puncak inilah akan bertemu dengan jalur selo.
Di sisi barat menjulang 2 gunung kembar, Sindoro dan Sumbing.
Sisi utara terdapat 3 gunung, Ungaran, Andong dan Telomoyo.
Sisi timur nampak samar Gunung Lawu.
Dan sisi selatan Gunung Merapi dengan asap solfatara selalu mendampingi.
kompasiana.com/ eksotisme-merbabu-di-balik-sisi-historis-dan-mistis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar