Buku "Balada Gathak Gathuk" karya Sujiwo Tejo
Penerbit Bentang
Kita memiliki banyak masalah bukan karena semata orang jahat itu banyak, tapi juga karena orang-orang baik yang ada hanya diam & mendiamkan kejahatan terjadi
Kerap kali dalam tradisi dakwah di Jawa, ada satu tahap tersukar untuk menjadi kiai, ialah mendiamkan dunia berlangsung apa adanya, tanpa tanya ini-itu, apalagi main larang ini-itu
Kitab Serat Centhini, 12 jilid, 3500 halaman, bicara tentang ajaran agama, kuliner, pertanian, sampai urusan primbon (horoskop) & adat istiadat
Minta maaf karena disuruh minta maaf itu sudah bukan minta maaf lagi. Itu cuma karena malas ribut saja
Ilmu Padi makin berisi makin tunduk, sudah kuno, pakailah ilmu kondom, makin berisi makin tegak, tetapi tegaknya untuk kebahagiaan bersama
Pandawa lima itu melambangkan panca indra. Dua lagi tambahannya Dewi Kunthi & istri Pandawa, Dewi Drupadi, yang melambangkan indra keenam & naluri
Baladewa, Kresna, & Subadra, ketiganya menengarai putih, hitam, & kuning; cipta, rasa, & karsa
Sebut Lesmana di Ramayana maupun Bhisma di Mahabharata, menjomlokan diri karena pilihan hidupnya. Jomblo zaman sekarang lantaran ingin menghindar dari tanggung jawab sebagai suami/ sebagai istri
Hidup mbok dijalani saja, ndak usah dipikir-pikir. Kesenangan yang tulus tak perlu dipilah-pilah ke dalam senang dari segi apanya saja. Senang, ya, senang saja. Ndak usah dipikir kenapa, kok bisa senang
seeing is believing, mendatangi suatu tempat & mengalaminya sendiri jauh lebih bikin kita yakin ketimbang cuma membaca / mendengarnya lewat media massa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar