Turki Saljuk yang didirikan oleh suku Oghuz yang berkuasa pada abad (11- 14 M) di kawasan Asia Tengah, termasuk wilayah İran saat ini, kemudian ke Timur sampai ke Punjab (Pakistan saat ini) dan ke Barat sampai Anatolia (wilayah Turki di saat ini).
Turki Saljuk secara militer walaupun sangat kuat dan melampaui kekuatan Abbasiyah di Baghdad yang waktu itu sudah sangat rapuh, membiarkan Abbasiyah tetap menjadi simbol dunia İslam, khususnya di dunia Arab.
Kedatangan Mongol di kawasan ini menghancurkan keduanya.
Hal inilah yang menyebabkan suku- suku Turki kemudian bergerak ke arah Barat untuk menyelamatkan diri, menghindari kebengisan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Salah satu kelompok suku Oghuz yang dipimpin oleh Sulaiman Shah, dilanjutkan oleh anaknya Ertuğrul, kemudian cucunya Osman, bukan saja berhasil bertahan, akan tetapi kemudian mendirikan Kesulthanan Turki Ustmani yang bertahan ratusan tahun, sampai berakhirnya perang dunia pertama.
Tidak mudah bagi Suleyman Shah dan keturunannya, yang lari dari kejaran tentara Mongol dari timur, berhadapan dengan tentara Salib yang menghadangnya di barat.
Negara yang dibangun oleh Osman bin Ertuğrul bin Suleyman Shah, yang kemudian dikenal dengan Turki Ustmani, bukan saja berhasil mempersatukan dunia İslam, bahkan mampu menguasai separo Eropa selama ratusan tahun.
Ada beberapa Sulthan Turki Ustmani yang cukup menonjol selain Osman sang pendiri, yang mendapat gelar Al Ghazi (dalam bahasa Arab berarti sang penyerbu atau kesatria), antara lain: Muhammad Al Fatih (1451- 1481 M).
Al Fatih merupakan gelar atau nama tambahan yang disematkan di belakang namanya, setelah ia berhasil menaklukan Bizantium yang beribukota di Konstantinopel.
Nama Konstantinopel lalu diganti menjadi İstanbul yang kemudian dijadikan ibukota Kesulthanan Turki sampai keruntuhannya.
Sulthan Muhammad Al Fatih dan pasukannyalah, sejatinya yang diramalkan Rasulullah dalam hadistnya yang berbunyi: "Konstantinopel akan jatuh ke tangan İslam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik- baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik- baik pasukan".
Sulthan lain yang cukup menonjol adalah Beyazid I yang merupakan Sulthan Turki ke-4 (1389- 1402 M).
Mendapat julukan dalam bahasa Turki Yildirim yang berarti "kilat" atau "petir", karena kemampuannya menggerakkan pasukan yang sangat besar dengan kecepatan tinggi, sehingga seringkali mengejutkan lawan- lawannya.
Beyazid I berhasil menyatukan Anatolia (wilayah Turki di kawasan Asia), juga berhasil memperluas wilayahnya di kawasan Eropa, dengan menaklukan Serbia, Bulgaria dan Bosnia.
Sulthan Turki lain yang terkenal adalah Sulaiman Al Kanuni, yang merupakan Sulthan ke-10 (1520- 1566 M).
Berhasil menaklukkan Belgrade, Rhodes dan Hongaria.
Ia dikenal karena berjasa menata manajemen pemerintahan Turki Ustmani, dengan memperbarui dan memodernisasi hukum yang dibutuhkan untuk mengontrol kekuasaan Turki Ustmani yang sangat luas.
İtulah sebabnya ia mendapatkan julukan Al- Qanuni (dalam bahasa Arab berarti ahli hukum).
Julukan lain yang juga sering disematkan adalah Muhtasim yang berarti "agung" atau "luar biasa".
Simbol bintang dan bulan yang menjadi bendera Turki Ustmani, diadopsi oleh banyak negara muslim seperti Aljazair, Tunisia, Libya, Azerbaijan, Mauritania dan Pakistan, termasuk Kesulthanan Aceh.
Misi dagang, penasehat miiter, serta ulama dikirim ke seluruh dunia İslam oleh Turki Ustmani.
Keruntuhan Turki Ustmani disebabkan kekalahannya dalam Perang Dunia I.
Turki Ustmani yang dibantu oleh Germany dikeroyok oleh Inggris, France dan Rusia.
Namun sejumlah pengamat menyimpulkan, kekalahan Turki Ustmani tidak bisa dilepaskan dari pemberontakan bangsa Arab, yang saat itu ingin merdeka dan melepaskan diri dari kekuasaan bangsa Turki Ustmani.
rmol.id/read/2020/04/02/428383/jasa-bangsa-turki-terhadap-dunia-islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar