Rabu, 27 Maret 2024

Shajarat al- Durr

Perempuan pendiri Dinasti Mamluk.
Setelah sukses mengakhiri Dinasti Ayyubiyah di Mesir.

Shajarat al- Durr adalah julukan yang berarti "pohon mutiara".

Shajarat al- Durr lahir sekitar abad ke 13 di Armenia, dari keluarga besar Kipchak, Turki yang nomaden.

Tentang keluarga Kipchak, İbnu Battuta menjelaskan bahwa mereka adalah orang- orang yang berambut pirang.

Shajarat al- Durr dipersunting oleh Sultan Al- Malik al- Salih, penguasa Mesir waktu itu.

Di samping Shajarat al- Durr, dia juga yang membawa sejumlah besar orang- orang Kipchaks ke Kairo untuk dijadikan sebagai tentara, yang kemudian dikenal dengan Mamluk.

Sultan sangat bergantung pada Shajarat al- Durr, baik di medan perang, bahkan dalam hal mengurus negara.

Tom Verde dalam tulisannya berjudul "Malika III: Shajarat Al- Durr" menyebut ketajaman strategi Shajarat al- Durr mulai menjadi legenda ketika pada musim semi tahun 1249, Sultan Al- Salih sedang melakukan pertempuran di Syria.
Tiba- tiba terdengar kabar bahwa tentara Perang Salib ke VII, yang dipimpin oleh Louis IX dari Prancis, sedang berlayar ke Mesir, yang menuju ke kota Delta Sungai Nil, Damietta.

Shajarat al- Durr saat itu dipercaya mengisi komando dan memerintahkan Fakhruddin, salah satu komandan pasukannya untuk ke Damietta dan memimpin pasukan Mamluk menghalau laju Louis IX.

Dari pertempuran di Syria, Sultan terluka parah dan harus pulang dengan cara ditandu.
Hingga pada Agustus 1249, Sultan Al Saleh meninggal dunia.

Shajarat al- Durr memanggil Turan Shah, putra tertua Al Saleh dari istri pertamanya, untuk datang ke Kairo dan mengambil alih kepemimpinan ayahnya.

Perintah Shajarat al- Durr kepada putra tirinya adalah mengambil alih komando pasukan dan mengalahkan Louis IX.

Setelah berhasil mengalahkan Pasukan Salib dan menangkap Louis IX, tahta Kairo kemudian diserahkan kepada Turan Shah yang sekaligus menjadi Sultan Dinasti Ayyubiyah.
İa tidak memiliki kecakapan yang mumpuni dan tidak disukai oleh rakyatnya.

Turan Shah terbunuh pada 2 Mei 1250.
Orang- orang Mamluk kemudian menobatkan Shajarat al- Durr sebagai Sultana.

Dengan tewasnya Turan Shah, maka berakhirlah masa Dinasti Ayyubiyah dan diangkatnya Shajarat al- Durr sebagai Sultana, telah menandai lahirnya dinasti Mamluk yang akan memerintah Mesir hingga awal abad ke 19 M.

Kritik atau kecaman serius datang dari Abbasiyah.
Khalifah al- Musta'sim menyatakan: "Kami telah mendengar bahwa anda diperintah oleh seorang wanita sekarang. Jika anda kehabisan orang di Mesir, beri tahu kami supaya kami dapat mengirimi anda seorang pria untuk memerintah anda."

Untuk meredam situasi yang kurang kondusif ini, Shajarat al- Durr kemudian menikahi seorang prajurit rendahan bernama İzz al- Din Aybek dari Mamluk dan memberikan mahkota kepadanya.

Aybek hanya dalih.
Secara de facto, kekuasaan di Mesir tetap dipegang sepenuhnya oleh Shajarat al- Durr.

Shajarat al- Durr meninggal pada tahun 1257 M.

Lama kelamaan, Aybek pun mulai bosan dengan peran yang dimainkannya.
Ia akhirnya melancarkan pemberontakan kepada Shajarat al- Durr pada tahun 1254.
Pemberontakan berhasil dipadamkan.

Aybek menjadi tahanan rumah.
İa ditempatkan di paviliun belakang istana.
Tak lama setelah bebas, Aybek dikabarkan meninggal.
Shajarat al- Durr menceritakan bahwa ia meninggal wajar di tempat tidurnya.
Namun ini ditolak oleh orang- orang Mamluk.
Ia pun kemudian dihukum.

Al- Mansur Ali, putra Aybek yang ditelantarkan dari perkawinannya dengan Ummu Ali, kemudian didaulat menjadi Sultan menggantikannya.
Vonis terhadap Shajarat al- Durr pun dijatuhkan oleh Al- Mansur Ali.


kalam.sindonews.com/newsread/578708/72/shajarat-al-durr-perempuan-pendiri-dinasti-mamluk-yang-berakhir-tragis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar