Ummayad Dynasty II in Cordoba, Andalusia, center of Islamic civilization in Europe.
Menurut sejarawan Philip K. Hitti, abad ke-9 memulai peredarannya dengan dua buah nama dari raja- raja yang paling berpengaruh dalam peristiwa- peristiwa dunia dari zaman itu, yaitu Karel Yang Agung di dunia Barat dan khalifah Harun Ar- Rasyid (766- 809 M) di dunia Timur.
Karel Yang Agung (Charles The Great) atau Charlemagne (bahasa Prancis) adalah raja Kerajaan Franka yang berpusat di Achen (Jerman), berkuasa 772- 814 M, sementara Harun Ar- Rasyid dikenal sebagai penguasa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.
Harun Ar- Rasyid merupakan khalifah kelima Dinasti Abbasiyah, berkuasa 786 M.
Ia anak dari Khalifah Al Mahdi (Khalifah ketiga Dinasti Abbasiyah), dan keturunan keempat dari Abu Abbas As- Safah, pendiri Dinasti Abbasiyah.
Kemudian, selain dua kekuasaan besar tersebut, pada abad Pertengahan, tepatnya sekitar abad ke- 9 M, geopolitik dunia juga diwarnai oleh dua entitas politik lain, yaitu Kekaisaran Byzantium yang berpusat di Konstantinopel dan Dinasti Ummayah II di Andalusia.
Dari keempat kekuatan besar tersebut, Abbasiyah dan Umayyah II adalah merefresentasikan kekuasaan umat Islam, sedangkan Franka dan Byzantium adalah pusat kekuasaan politik kaum Nasrani.
Meski sesama penguasa umat Nasrani, Kerajaan Franka di bawah kekuasaan Charlemagne adalah sengketa dari Kekaisaran Byzantium.
Sementara di antara Dinasti Abbasiyah dengan Dinasti Umayyah juga tengah berseteru.
Akhirnya, Kerajaan Franka berkolaborasi dengan Dinasti Abbasiyah untuk berkonfrontasi dengan Kekaisaran Byzantium yang juga berkolaborasi dengan Dinasti Umayyah II.
Charlemagne, Raja Franka, mengandalkan Harun Ar- Rasyid untuk menggerogoti Kekaisaran Byzantium.
Sebagai balasannya, Charlemagne memerangi para penguasa dari Dinasti Umayyah II di Andalusia, yang menjadi seteru bagi Harun Ar- Rasyid.
Charlemagne memang memiliki ambisi untuk menguasai wilayah Semenanjung Iberia atau Andalusia yang dikuasai oleh Dinasti Ummayah II.
Raja Charlemagne dari Kerajaan Franka, pada musim semi tahun 777 M merencanakan penaklukkan ke selatan kekuasaannya, yaitu wilayah Andalusia (Spanyol) .
Charlemagne hendak "mengeliminasi" orang- orang Muslim yang bercokol di daerah bekas kekuasaan Katolik Romawi tersebut.
Sulaiman ibnu al- A'rabi, seorang Amir Abbasiyah di Barcelona dan Girona, bersama sekutunya yang bernama al- Husain ibnu Sa'ad ibnu Ubada wali kota Zaragoza sedang kewalahan menghadapi ambisi besar kenegaraan Abdurrahman Ad Dakhil, pendiri Dinasti Umayyah II.
Dalam konsolidasinya dengan Charlemagne, Sulaiman dan al- Husein mengusulkan adanya aliansi militer.
Sebagai balasannya mereka menjanjikan wilayah Andalusia Utara menjadi basis pertahanan tentara Kerajaan Franka.
Charlemagne bersedia mengadakan aliansi dengan Sulaiman ibnu Arabi dan Husain ibnu Sa'ad untuk menjegal ambisi Abdurrahman Ad- Dakhil menyatukan wilayah- wilayah di Spanyol dan membentuk sebuah pemerintahan yang merdeka dari Dinasti Abbasiyah.
Alasan lain karena Dinasti Umayyah II merupakan kolaborator dari Kekaisaran Byzantium, musuh dari Kerajaan Franka.
Pada musim panas 778 M Charlemagne mengerahkan dan memimpin sendiri pasukannya melewati pegunungan Pyrenees.
Pada mulanya Husain ibnu Sa'ad meminta bantuan Charlemagne dengan tujuan agar ia terbebas dari kekuasaan Abdurrahman Ad- Dakhil.
Ia ingin menjadi penguasa tunggal di Zaragosa dan dapat memerintah atas nama atasannya di Baghdad, Dinasti Abbasiyah.
Husain ibnu Sa'ad berubah pikiran, setelah ia mengetahui bahwa setiap yang berkolaborasi dengan Charlemagne, kelak akan dimasukan dan berada di bawah dominion Kerajaan Franka.
Bekas kekuasaan Romawi pernah diserbu oleh bangsa- bangsa Germanik dari utara yang kemudian membagi- bagi wilayah eropa;
1. Kerajaan Goth Timur di Italia dan İllyria,
2. Kerajaan Bourgandia di Swiss dan daerah Rhone
3. Kerajaan Goth Timur di Spanyol
4. Kerajaan Vandal di Afrika Utara
5. Kerajaan Franka di Prancis, Belgia, Nederland dan Jerman Barat
6. Kerajaan Longobarda atau Lombardia di Italia Utara, dan Anglo Saxon menyerbu tanah Inggris.
John Lord memberikan penilaian bahwa keberangkatan Charlemagne tersebut adalah sebuah kesalahan.
Alexander membuat kesalahan dengan memaksakan kekuasaannya sampai ke India, Napoleon membuat kesalahan besar dalam menyerang Rusia. Bahkan Caesar meninggal tepat pada waktu kampanye militer.
-Philip K. Hitti, Dunia Arab Sejarah Ringkas (Bandung: Sumur, n.d.)
-S. Mahmudunnasir, Islam, Konsepsi Dan Sejarahnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
-David Leverning Lewis, The Greatness of Al- Andalus: Islam Dan Pembentukan Eropa Pada 570- 1215. Terj. (Jakarta: Serambi, 2012)
-John Lord, Beacon Lights of History Volume V: The Midle Ages. (New York: Jame Clarke and CO., 1888)